Sangatta, G-Smart.id – Usai direnovasi, Pasar Sangatta Selatan memang berubah menjadi lebih mewah, namun ternyata tempat yang seharusnya mampu mendongkrak perekonomian itu malah tidak ditempati. Kondisinya kini mulai rusak dan perdagangan di lokasi menjadi seperti pasar mati.
Alasan kios sempit selalu dikeluhkan oleh pedagang-pedagang di pasar itu. Sehingga mereka lebih memilih berjualan di luar gedung. Hasilnya pasar berwarna orange yang dibangun permanen itu menjadi kawasan yang digandrungi oleh remaja untuk melakukan hal negatif karena sepi.
Padahal, letaknya berada di tengah kecamatan dan menjadi pasar yang paling ramai dikunjungi. Sayangnya, tataan pusat perbelanjaan itu kini kian tidak jelas dan berantakan. Pedagang mayoritas menolak berjualan di dalam gedung karena tempatnya tidak mumpuni.
Sejumlah pedagang menyebut tempat itu memang tidak mampu mengcover seluruh pedagang, sebab saat ini banyak orang baru yang asal melapak. Padahal pedagang inti menurutnya hanya mencapai 134 orang yang mampu tercover dan 200 toko di sekitar pasar yang meramaikan.
“Sulit kalau kami disuruh jualan di dalam, karena sempit,” ujar Satirani salah satu pedagang pasar tradisional ini.
Sebelumnya, Kepala Dusun Pasar Raya, Abdul Said menjelaskan pasar Sangsel telah berdiri sejak 1997, hanya saja kala itu bangunan masih non permanen. Kemudian, pada 2010 diadakan pembangunan baru oleh pemerintah daerah. Sejak saat itu, kata Abdul penghuni pasar kian tidak jelas.
“Malah setelah dibangun pedagang bingung karena tidak muat. Akhirnya tetap berjualan di luar, sekarang pasar ini malah jadi kumuh karena tidak ada tempat sampah,” tandasnya.
Terpisah, Kepala UPT Pasar Induk Sangatta Utara, Bohari membenarkan bangunan megah Pasar Tradisional Sangsel merupakan wilayah tanggung jawabnya.
“Di Sangsel itu ada dua pasar, bangunan bertingkat itu, di bawah tanggung jawab kami dan yang di luar itu termasuk pasar ikan, itu milik usaha masyarakat,” terang dia.
Dia menjelaskan kondisi gedung pasar yang tidak terpakai selama bertahun-tahun itu disebabkan oleh banyaknya jumlah pedagang dan kondisi kios yang tidak mencukupi. Sehingga, keadaannya menjadi carut-marut seperti sekarang.
“Itu sudah pernah dicoba, tapi karena jumlah pedagang dengan ketersediaan tempat tidak mencukupi, akhirnya mereka tidak betah. Pedagang yang di dalam sementara masih ada yang jualan, kemudian yang di luar malah lebih banyak,” tambahnya.
Banyaknya kendala sangat sulit ditangani. Pasalnya, anggaran yang dibutuhkan tidak kunjung dikucurkan. Sehingga, pasar dibiarkan menjadi sarang laba-laba.
“Rencana mau dicoba, tapi belum ada dana operasional, minimal untuk bayar listrik, air, petugas kebersihan dan keamanan,” terangnya.
Tidak hanya itu, lahan parkir di pasar itu juga kerap menjadi permasalahan. Masih banyaknya warga yang memarkir motor di sembarang tempat menjadi penyebab kemacetan.
“Kemudian untuk fasilitas parkir juga tidak ada,” beber ia.
Menanggapi hal itu, Wakil Bupati Kasmidi Bulang menyebut pasar tersebut akan direnovasi lebih baik. Agar seluruh pedagang dapat berjualan dengan tertata di dalam pasar.
“Ke depan akan diperbaiki terlebih dahulu, supaya semua pedagang bisa jualan di dalam,” tandasnya. (G-S03)