SANGATTA – Sejumlah upaya digencarkan BPBD Kutai Timur (Kutim) sebagai langkah pencegahan dampak bencana gempa. Yakni dengan rencana pemasangan alat pendeteksi di empat kecamatan di kabupaten ini.
Sebelumnya, Kepala BPBD Kutim, Syafruddin mengatakan saat ini pihaknya tengah menyiapkan pemasangan alat pendeteksi gempa di empat kecamatan itu.
“Meski pun InsyaAllah kita tidak berpotensi gempa, tapi kami sudah memikirkan upaya antisipasi dengan pemasangan alat deteksi gempa di Kaubun, Sandaran, Kongbeng dan Muara Bengkal,” ujarnya.
Menurutnya, alat tersebut seharusnya dapat dipasang pada 2020 lalu. Namun sejumlah kendala menyebabkan pemasangan dilakukan 2021 ini. Diketahui, alat tersebut telah disediakan langsung oleh BMKG. Namun setiap camat yang wilayahnya akan dipasangi, kata dia mesti menyediakan lahan kosong seluas 3×5 meter.
“Alat ini bagus, jadi bisa mendeteksi dan memberi informasi gempa yang terjadi. Kemudian dipasang di kecamatan yang berbeda, nanti pengumumannya bisa terhimpun di Sangatta. Camat cuma diminta sediakan lahan dan saya sudah menyurati mereka,” ungkap dia.
Lebih lanjut, dirinya menyebut jika sentral informasi ditempatkan di Sangatta Utara. Namun peletakkan di empat kecamatan kata dia mampu menangkap radius gempa di 18 kecamatan se Kutim.
“Masing-masing alat bisa menangkap dan membaca getaran gempa sejauh 100 kilometer. Makanya di Kutim ditaruh di empat zona, supaya bisa menghimpun info dari 18 kecamatan,” jelasnya.
Senada, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kutim, Awang Nanta menerangkan jika titik gempa sebenarnya kerap kali terjadi, hanya saja, menurutnya kejadian itu tidak terasa karena di kedalaman yang cukup dalam. Seperti pengalaman yang telah lalu, Berau yang merupakan kabupaten tetangga sempat diguncang gempa beberapa waktu lalu, hingga hal ini menjadi pembelajaran tersendiri bagi Kutim.
“Sebenarnya gempa Berau tidak memengaruhi Kutim secara signifikan, mungkin hanya Kecamatan Sandaran aja yang berdampak dan terkena guncangan, karena wilayahnya memang berdekatan,” tuturnya.
Dia membenarkan jika Kutim memang tidak berpotensi tsunami. Namun upaya ini akan tetap dilakukan untuk melakukan pencegahan dini agar siaga bencana.
“Semoga saja daerah kita ini aman, tapi kita tidak boleh tutup mata, tetap harus siaga, apa lagi kalau membaca sejarah di Sangkulirang pernah mengalami guncangan M= 4,8 pada 14 Mei 1921 lalu, makanya kami tetap siap-siap,” tutupnya. (ADV/G-S03)