Sangatta – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di Kabupaten Kutai Timur, khususnya di kawasan Kenyamukan, Sangatta Utara, telah memicu keresahan di kalangan masyarakat. Kondisi ini sangat berdampak bagi para nelayan yang bergantung pada solar untuk kegiatan operasional perahu mereka.
Demi mendapatkan pasokan solar, nelayan di Kenyamukan bahkan harus menempuh perjalanan jauh ke kota. Situasi ini semakin memprihatinkan mengingat solar adalah kebutuhan pokok bagi aktivitas melaut.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur, Jimmi, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan PT Pertamina.
“Kami sudah melakukan konfirmasi dengan pihak Pertamina untuk memastikan pasokan solar di SPBU Kenyamukan dapat terisi kembali,” jelas Jimmi di Sangatta pada Jumat (01/11/2024).
Jimmi menjelaskan bahwa SPBU di Kenyamukan sebelumnya dikelola oleh pihak swasta. Namun, agar bisa beroperasi di bawah naungan Pertamina, proses peralihan tersebut membutuhkan penyelesaian administrasi dan hukum.
“Awalnya itu milik swasta. Jika mau dialihkan ke Pertamina, tentu harus melalui proses hukum yang tidak singkat,” tambahnya.
Hingga kini, SPBU tersebut belum beroperasi selama lima tahun, karena belum ada investor yang bersedia mengambil alih operasionalnya.
“Pertamina sebenarnya sudah membuka peluang bagi siapa saja yang ingin mengelola, namun sampai saat ini belum ada yang tertarik untuk berinvestasi,” ungkap Jimmi.
Para nelayan dan masyarakat berharap agar ada solusi yang segera terealisasi terkait krisis BBM ini, mengingat kebutuhan solar yang mendesak bagi keberlangsungan pekerjaan mereka.
Dengan adanya sinergi antara pemerintah daerah dan Pertamina, diharapkan krisis solar di Kutai Timur, terutama di Kenyamukan, bisa segera teratasi dan memberikan kenyamanan bagi para nelayan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. (ADV/GS-AR)