Samarinda, G-Smart.id – Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten kutai Timur (Kutim) Suprihato dalam paparan di Rapat Kerja Pembangunan tahun 2022 menyebutkan poin penting yang perlu diperhatikan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dilingkungan Pemkab Kutim dalam pembangunan adalah, pertama, adanya pandemic Covid-19, maka tema pembangunan Kutim tahun 2021 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026 adalah “Peningkatan Produk Unggulan yang memiliki daya saing” belum sepenuhnya terpenuhi.
“Sehingga masih menjadi tugas bersama dalam mengejar pencapaian tersebut,” ungkap Suprihanto, Senin (7/2/2022) di Hotel Bumi Senyiur Samarinda.
Lebih lanjut Suprihanto menambahkan, tema pembangunan tahun 2022 yaitu “Peningkatan Infrastruktur Dasar Untuk Mendukung Daya Saing Ekonomi Daerah,” menjadi tugas bersama antara pemerintah. Dalam hal ini OPD sebagai pengampu Indikator Kinerja Utama (IKU), bersama stakeholder dan masyarakat, dalam pencapaian target yang telah ditetapkan dalam RPJMD 2021-2026.
Prioritas pembangunan Kutim yang difokuskan pada bidang-bidang. Yaitu bidang pendidikan, ekonomi, infrastruktur, kesehatan, pertanian, peternakan dan nelayan, pariwisata dan kebudayaan serta sosial dan kependudukan.
“Memerlukan upaya dan dukungan dari semua pihak, sehingga prioritas pembangunan tersebut dapat terwujud dalam kurun waktu 2021-2026,” ujarnya.
Untuk gambaran IKU Kabuapten Kutim 2021, lanjut Suprihanto, dilihat dari beberapa indeks. Yaitu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kutim mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, dari 73,00 menjadi 73,88. Namun masih berada dibawa rata-rata Provinsi Kaltim (76,88).
Untuk pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Kutim mengalami pertumbuhan sebesar Rp -3, 21 persen sebagai dampak dari pandemic Covid-19.
Indeks Pembangunan Desa (IPD), sambung Suprihanto, perkembangan kemajuan desa mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya IPD Kutim dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dimana IPD Kutim sebesar 65,74 masuk kategori berimbang.
Berikut, kontribusi sektor pertanian dan perkebunan terhadap PDRB, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar kedua, setelah sektror pertambangan pada PDRB Kutim. Pertumbuhan sektor pertanian cenderung mengalami penurunan, sejak 2019-2020.
“Ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum mampu menjaga trend pertimbuhan sektor pertanian melalui terobosan APBD,” ucapnya.
Kontribusi pertanian terhadap PDRB Kutim cenderung meningkat, utama pada kondisi pandemiCovid-19. Diperlukan pengembangan keunggulan daerah yang berbasis pada integritas dan produktifitas.
Kemiskinan Daerah, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir gambaran gini ratio Kutim mengalami peningkatan. Indeks gini ratio Kutim tahun 2020 sebesar 0,325 masih rendah dibandingkan rata-rata gini ratio Kaltim sebesar 0,335. Indeks kedalaman kemiskinan Kutim sebesar 1,640 masih tinggi dibandingkan kaltim sebesar 1,220. Indeks keparahan kemiskinan Kutim sebesar 0,440 masih lebih tinggi dibandingkan Kaltim yaitu 0,337.
Kemudian, kualitas lingkungan hidup, dilihat dari beberapa indeks, yakni, Indeks kualitas air, indeks kualitas udara, indeks kualitas tutupan lahan. Indeks kualitas air dalam 3 tahun terakhir (2018-2020) mengalami penurunan berturut-turut sebesar 58,75 58,00 dan 52,73. Hal ini mencerminkan tingkat peningkatan akibat aktifitas masyarakat yang kurang terkendali. Sementara indeks kualitas udara mengalami peningkatan berturut-turut 43,47, 77,72 dan 80,69
“Namun indeks kualitas tutupan lahan mengalami penurunan berturut-turut sebesar 77,50, 77,50 dan 77,48,” ucapnya.
Adapun target IKU Kutim tahun 2022, indeks pembangunan manusian sebesar 74,56. Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB sebesar 9,53. Laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,05. Indeks pembangunan desa sebesar 68,11. Indeks gini ratio sebesar 0,334. Nilai akuntabilitas kinerja masuk kategori BAIK. Indeks kepuasaan masyarakat sebesra 75,87. Indeks kualitas lingkungan hidup sebesar 69,97. (G-S04)