SANGATTA- Saat ini, pengembangan hewan ternak dengan pola intensif yang menjadi salah satu program yang sedang menjadi konsentrasi Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur (DTPHP Kutim) untuk bisa diterapkan kepada para peternak khusnya sapi.
“Pola yang ada sekarangan kan masih banyak yang ekstensif (lepas liar), nah kita akan coba kembalikan ke pola Intensif (di kandangkan),” ujar Kepala Bidang Peternakan DTPHP Kutim Antonius Kurniawan Dewanto.
Menurutnya, salah satu kekurangan pola ekstensif yakni para peternak tidak bisa memanfaatkan kotoran sapinya untuk dipergunakan sebagai pupuk kandang, kemudian, sulitnya penanganan kesehatan jika ternak terserang penyakit, hal ini disebabkan karena lokasi padang penggembalaan yang relatif jauh dari lokasi peternak sehingga peternak sulit untuk mengontrol kesehatan ternak.
“Selain itu, hewan tersebut juga tidak bisa diakses untuk dilakukan Inseminasi buatan (kawin suntik), termasuk vaksinasi PMK, Jembrana itu juga susah karena meraka (sapi) tidak di ikat, dan yang lebih mengkhawatirkan mereka menjadi hama bagi para petani kita,” ujarnya.
Sebagi daya dukung agar para petani beralih menggunakan pola instensif, pihaknya juga sudah menyiapkan stimulus berupa benih pakan ternak yang nantinya akan diberikan kepada peternakan untuk di tanam di sekitar kandang. Yakni jenis rumput Gama Omami dan Pakchong.
“Mengingat saat ini pupuk subsidi hanya untuk jenis tanaman tertentu saja, makanya dengan adanya pola di kandang ini, para peternak bisa menggunakan kotoran sapi di jasdikan pupuk, selain itu kita juga bisa melihat perkembangan hewan ternak kita secara intensif termasuk dari sisi kesehatan yang kita bisa pantau,” ujarnya. (adv/g-s08)