SANGATTA – Ruang Meranti Kantor Bupati Kutai Timur, terasa berbeda dari biasanya. Kursi-kursi tersusun rapi, wajah-wajah serius namun penuh harapan memenuhi ruangan. Di depan, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman bersiap memimpin prosesi penting yakni pelantikan delapan pejabat pimpinan tinggi pratama, jumat (22/8/2025).
Suasana hening ketika nama-nama satu per satu disebut. Dari Asisten, Kepala Dinas, hingga Staf Ahli mereka yang sebelumnya memegang jabatan strategis kini bergeser menempati posisi baru. Rotasi itu bukan sekadar perubahan kursi, melainkan sebuah amanah besar yang kembali dipikul di pundak masing-masing pejabat.
Di antara deretan nama itu, ada Poniso Suryo Renggono yang kini dipercaya memimpin Dinas Perhubungan, menggantikan perannya sebagai Asisten Pemerintahan dan Kesra. Ada juga Zubair yang beralih menjadi Staf Ahli Bupati, serta Aji Wijaya Efendie yang kini mengemban tanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup.
Rotasi ini tidak datang begitu saja. Ia lahir dari proses panjang, mulai dari uji kompetensi pejabat 7 Agustus lalu hingga keluarnya Surat Keputusan resmi pengangkatan dan pemberhentian. Semua dijalankan dengan satu tujuan untuk membangun birokrasi yang lebih adaptif, transparan, dan siap melayani.
Dalam sambutannya, Bupati Ardiansyah menekankan bahwa jabatan bukanlah hadiah. Ia adalah amanah yang lahir dari kepercayaan masyarakat.
“Saya berharap pejabat yang baru dilantik mampu menjadi motor penggerak perubahan, teladan dalam disiplin, integritas, dan profesionalisme,” ucapnya dengan tegas.
Bupati juga mengingatkan pentingnya inovasi serta pemanfaatan teknologi. Di era serba cepat, birokrasi dituntut lebih responsif, mampu menjawab kebutuhan masyarakat tanpa bertele-tele.
Pelantikan hari itu bukan hanya tentang delapan pejabat baru. Ia juga menandai sebuah babak baru bagi Pemkab Kutim, mengisi kekosongan jabatan yang sempat terjadi, dan membuka ruang harapan bahwa pelayanan publik bisa lebih optimal ke depan.
Bagi para pejabat yang baru saja berdiri di hadapan Bupati, prosesi itu mungkin terasa singkat. Namun bagi masyarakat Kutim, langkah itu adalah janji baru bahwa roda birokrasi akan terus berputar, membawa perubahan, dan tidak berhenti melayani.
Penulis : Daus