SANGATTA – Upacara Hari Pramuka 2024 ke-63 tidak hanya menjadi momen untuk merayakan semangat kepanduan, tetapi juga menjadi ajang refleksi atas kebijakan terbaru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terkait ekstrakurikuler Pramuka.

Kebijakan tersebut, yang tertuang dalam peraturan menteri terbaru, menghapus kewajiban Pramuka sebagai ekstrakurikuler di jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebuah keputusan yang menuai perhatian dari berbagai kalangan.

Asti Mazar, Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kutai Timur, sekaligus Wakil Ketua DPRD Kutim, menanggapi dengan tegas kebijakan ini. Dalam keterangannya di Gedung DPRD Kutim, Asti menyuarakan kekhawatirannya terhadap dampak yang mungkin timbul jika Pramuka tidak lagi diwajibkan di sekolah-sekolah. “Aturan tersebut sebaiknya direvisi,” tegasnya beberapa waktu yang lalu.

Asti Mazar memaparkan bahwa Pramuka selama ini bukan hanya sekadar kegiatan ekstrakurikuler, melainkan wahana penting dalam membentuk karakter generasi muda.

“Saya menemukan banyak nilai penting dalam Pramuka, seperti kekompakan, pendidikan kepemimpinan, pendidikan karakter, serta kecakapan hidup yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak kita,” ujarnya.

Lebih lanjut, Asti menjelaskan bahwa Pramuka mengajarkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, mengasah kemampuan memimpin dan menginternalisasi nilai-nilai moral yang kuat. Di tengah perkembangan zaman yang semakin kompleks, Asti percaya bahwa pendidikan karakter menjadi sangat penting dan Pramuka telah terbukti efektif dalam mendidik generasi muda dengan nilai-nilai tersebut.

Keputusan Kemendikbudristek untuk tidak lagi mewajibkan Pramuka, menurut Asti, justru bisa mengurangi kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan karakter yang komprehensif.

“Pramuka tidak hanya mengajarkan anak-anak tentang keterampilan bertahan hidup atau pengetahuan alam, tetapi juga mengasah mereka untuk menjadi individu yang tangguh, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama,” tambahnya.

Menyikapi hal ini, Asti mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama para pendidik dan orang tua, untuk bersama-sama mendesak Kemendikbudristek agar meninjau ulang kebijakan tersebut. Ia berharap, melalui upaya bersama, Pramuka tetap menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan di Indonesia.

Upacara Hari Pramuka di Kutim tahun ini diharapkan menjadi momentum untuk mengingat kembali pentingnya Pramuka dalam membentuk karakter bangsa. Asti juga mengingatkan bahwa semangat kepanduan harus terus dipertahankan, apapun tantangannya.

“Kita harus tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang diajarkan Pramuka, demi masa depan generasi penerus bangsa,” tutupnya.

Upacara yang akan dihadiri oleh ribuan anggota Pramuka dari berbagai tingkatan ini juga akan menjadi panggung bagi Asti Mazar untuk menyampaikan pesan-pesan penting terkait masa depan Pramuka di tengah perubahan kebijakan pendidikan nasional. (adv/gG-S08)

Loading