Sangatta – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus mengintensifkan pengisian data Aksi Konvergensi melalui aplikasi Aksi Bangda Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai bagian dari upaya percepatan penurunan stunting. Aksi Bangda merupakan platform terpadu yang dirancang untuk memantau, mengevaluasi, dan mengoordinasikan program penanganan stunting di seluruh wilayah Indonesia.

Melalui aplikasi ini, pemerintah daerah dapat menyusun analisis situasi, membuat perencanaan strategis, dan melakukan evaluasi berkala terhadap capaian penurunan stunting. Data yang diinput menjadi acuan penting bagi pemerintah pusat dan daerah dalam menentukan langkah-langkah intervensi yang efektif.

Kegiatan yang diikuti seluruh operator, verifikator dari 18 Kecamatan, Puskesmas, PLKB dan Perangkat Daerah terkait digelar secara offline dan online di Ruang Damar Gedung Serba Guna Bukit Pelangi, senin (11/8/2025) ini dibuka oleh Perencana Ahli Muda Bappeda, Purno Edi mewakili Kepala Bappeda. Narasumber dari Tim Ahli Stunting Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Ahmad Riyadi,

Dikesempatan ini Perencana Ahli Muda Bappeda, Purno Edi menjelaskan bahwa Aksi Bangda tidak hanya sekadar aplikasi, tetapi juga mekanisme koordinasi lintas sektor yang melibatkan pemerintah daerah, dinas teknis, hingga pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan.

“Aksi Bangda adalah wadah kita untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan penurunan stunting, baik intervensi spesifik maupun sensitif gizi, berjalan tepat sasaran dan terpantau dengan baik,” ujarnya.

Lebih jauh dikatan,Tren Prevalensi Berdasarkan Data ePPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Kutim pada tahun 2022 sebesar 12,1%, menurun menjadi 11,6% pada 2023, namun kembali meningkat menjadi 15,4% pada 2024.

Sementara itu, lanjut ia, data dari SSGI (Survey Status Gizi Indonesia) menunjukkan tren yang cukup fluktuatif, yaitu tahun 2022 sebesar 24,7%, tahun 2023 sebesar 29% (naik 4,3% dibanding tahun sebelumnya). Tahun 2024 sebesar 26,9% (turun 2,1% dari tahun sebelumnya). Dengan rincian balita sangat pendek sebesar 6,3% dan balita pendek sebesar 20,6%.

Purno Edi mengatakan, pihaknya akan memperkuat koordinasi lintas sektor dan memastikan intervensi spesifik serta sensitif gizi dapat menjangkau seluruh sasaran. Dengan dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, dunia usaha, hingga masyarakat. Semua harus terlibat aktif sehingga tren penurunan stunting di Kutim dapat lebih stabil dan sesuai target nasional yang telah ditetapkan. (G-S02)

Loading