G-Smart.id – Sangatta  – Tradisi gotong royong benar-benar menjadi ciri khas masyarakat suku Dayak Kenyah yang menetap di Dusun Budaya Rindang Benua, KM 10 Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur (Kutim).

Desa yang didominasi oleh Suku Dayak Kenyah ini memiliki banyak perayaan yang jarang ditemui di daerah laih. Tidak hanya perayaan U’o Ajau yang kurang mirip dengan perayaan Mecaq Undat, yang artinya perayaan panen, di dusun ini juga selalu mengajak masyarakat lintas etnis yang tergabung dalam Lembaga Adat Besar Kutai untuk melakukan ritual Alak Tau.

Alak Tau yang berasal dari bahasa suku Dayak Kenyah memiliki arti penentuan hari baik untuk seluruh masyarakat agar tanaman padi dan tanaman lainya jadi subur serta terhindar dari segala macam hama.

Sekretaris Dinas Kebudayaan Kutim, Nurullah menyampaikan segala macam adat upacara adat harus dilestarikan. Terlebih biasanya setiap suku memiliki upacara yang berbeda-beda.

“Mereka selalu melaksanakan upacara yang menjadi peninggalan nenek moyang. Maka itu harus rutin dilaksanakan, supaya terjaga keasriannya,” jelasnya beberapa waktu lalu.

Biasanya, upacara kerap dipimpin oleh kepala adat untuk melakukan prosesi ritual. Dari mulutnya, sesekali terdengar membacakan mantra ritual.

“Ritual Alak Tau biasanya digelar agar tanaman padi subur dan jauh dari hama,” tuturnya.

Tidak hanya membacakan mantra itu, biasanya kepala adat pun sembari menancapkan sebatang kayu yang telah runcing ke dalam tanah, tujuannya untuk membuat lubang bibit tanaman. Biasanya, hasil panen ini nantinya akan di simpan di lumbung adat untuk keperluan sosial dan ibadah masyarakat Dayak Rindang Benua.

“Ya hasilnya akan di gunakan oleh seluruh masyarakat disitu,” ungkapnya.

Di desa ini pun diketahui memiliki pesona alam nan indah. Air terjunnya menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi masyarakat lokal, maupun pendatang. Airnya yang jernih dan masih alami merupakan keunggulannya. Bahkan jarak tempuhnya juga tidak begitu jauh dari pusat kota Sangatta. (G-S03)

Loading