G-Smart.id – Sangatta – Air di Sungai Masabang Sangatta Selatan kerap meluap, bahkan tanah dataran menjadi abrasi karena volume air yang terus meningkat.

Peningkatan air pun diketahui karena kondisi sungai yang tersumbat oleh eceng gondok. Diketahui, tanaman liat itu memenuhi badan sungai sehingga membuat air tidak mengalir sempurna.

Fatalnya, minimnya kesadaran masyarakat di bantaran untuk tidak membuang sampah ke sungai juga masih sangat minim, hasilnya sampah sering tersangkut pada eceng gondok. Hal ini juga digadang-gadang menjadi penyebab lain luapan sungai terus terjadi.

Kendati aturan larangan buang sampah di sungai sangat tegas, namun dalam implementasinya hal itu dianggap abai, bahkan tidak pernah diberlakukan. Padahal jelas, peraturan itu menyebut denda cukup besar, yakni membayar Rp 500 ribu jika sengaja membuang sampai ke sungai. Namun, minimnya pengawasan, membuat kejadian itu acap kali menjadi hal lumrah.

Salah satu nelayan mengaku risih dengan eceng gondok yang kian menjamur, bahkan sampai menutupi badan sungai. Akibatnya berdampak pada mereka yang kesulitan mencari ikan.

Seperti yang dilontarkan oleh Armanu, menurutnya, peran pemerintah sangat minim pada kepedulian lingkungan, tidak ada aksi bersih-bersih sungai beberapa tahun terakhir. Atas dasar itu, sejumlah warga berinisiatif membersihkan eceng gondok yang menguasai sekira satu kilometer dan menutupi perairan.

“Sampai tidak kelihatan mana sungainya, karena penuh dikuasai eceng gondok. Kapal nelayan juga sulit kalau mau lewat, pasti mesinnya nyangkut,” ujarnya saat diwawancarai.

Menanggapi hal itu, Camat Sangatta Selatan, Hasdiah menyebut aturan itu tidak lagi dilaksanakan, sehingga kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat masih membudaya.

“Tanyakan ke LH, Perda cuma jadi hiasan di jalan tapi tidak ditindaklanjuti,” kata dia.

Mengenai enceng gondok, lanjutnya, hal itu perlu dikonfirmasi lebih lanjut pada perusahaan batubara di Kutim. Pasalnya, menurut perempuan berhijab itu sedikit-banyaknya perusahaan juga memberi dampak pada pengendapan sedimen.

“Saya sudah menyampaikan pada perusahaan itu untuk bantu pengerukan sungai, karena eceng gondok itu ada akibat pengendapan lumpur baik dari rumah tangga juga dari perusahaan,” tandasnya.

Kendati perusahaan itu mengaku telah melalukan operasional sesuai dengan baku mutu, namun kata Hasdiah, kenyataannya tumbuhan berwarna hijau itu masih menjadi momok dan sangat mengganggu.

“Walaupun perusahaan selalu mengatakan sudah sesuai dengan baku mutu, ya perusahaan juga tetap saja memberi dampak,” bebernya.

Beberapa warga berinisiatif membersihkan sungai, meski tanpa bayaran, namun hal itu tetap dilaksanakan supaya nelayan yang lalu-lalang tidak lagi kesulitan. (G-S03)

Loading