SANGATTA – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur, Mulyono, resmi meluncurkan proyek perubahan yang berfokus pada penanganan Anak Tidak Sekolah (ATS/APS). Program ini merupakan bagian dari tugas Diklat Kepemimpinan Tingkat II yang tengah dijalaninya, sekaligus menjadi langkah strategis untuk memperkuat upaya pemerintah menurunkan angka APS di Kutim.

Dalam kesempatan tersebut, Mulyono menjelaskan bahwa isu APS dipilih karena memiliki dampak besar terhadap capaian pembangunan daerah, termasuk indeks kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

“Data yang dirilis sebelumnya cukup mengejutkan. Program kita di bidang pendidikan sudah begitu masif, tetapi angka anak tidak sekolah masih tinggi,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa langkah awal yang dilakukan adalah melibatkan PKK dan ketua RT dalam pendataan langsung di lapangan. Hasilnya, sekitar 3.000 data anak tidak sekolah berhasil dikonfirmasi, sementara 5.000 data lainnya yang sudah diverifikasi tidak ditemukan faktanya di lapangan.

“Data-data ini tidak bisa langsung dihapus. Harus diklarifikasi lagi, dipadankan dengan data dukcapil, baru dapat diajukan penghapusannya. Kalau ini bisa berjalan baik, kita akan memiliki data yang benar-benar valid. Program yang bagus harus dimulai dari data yang valid,” tegasnya.

Lebih jauh, Mulyono menjelaskan bahwa proyek perubahan ini memiliki tiga fokus utama:

1. Validasi dan pemutakhiran data APS agar pemerintah memiliki basis informasi yang akurat untuk menentukan kebijakan.

2. Menangani anak-anak yang saat ini bersekolah tetapi rentan putus sekolah, baik karena faktor ekonomi, rencana pernikahan dini, maupun kondisi keluarga. Upaya ini dilakukan melalui kolaborasi lintas sektor bersama perusahaan dan lembaga terkait.

3. Memberikan akses pendidikan bagi anak yang telah terlanjur putus sekolah, terutama yang sudah melewati usia sekolah formal, melalui program pendidikan non-formal seperti Paket A, B, dan C di bawah naungan bidang PAUD dan Pendidikan Non-Formal.

 

Mulyono berharap proyek perubahan ini dapat menjadi langkah nyata dalam menekan angka APS di Kutim. “Jika semua proses berjalan kolaboratif dan data sudah benar, hasilnya akan sangat signifikan bagi masa depan pendidikan di daerah kita,” pungkasnya. (ADV/Bung TJ)

Loading